Kutulis nama
indahmu dibelantara pantai
Tapi dengan
ganasnya gelombang laut menyapu namamu yang indah,
Lalu kucoba
menggambarkan namamu saat memandang malam,
Agar ditemani
indahnya bintang serta gerhana bulan yang rupawan,
Tapi semakin
lama memandang, aku menyadari bahwa namamupun terseok seok oleh angin serta
awan yang kejam.
Kemudian aku
mencoba mengukir nama dirimu di bebatuan, dengan harapan agar selamanya namamu
abadi, tetapi batupun dihancurkan oleh rintikan hujan yang menyerbu.
Ah, bagaimana
caranya agar namamu abadi.?
Ombak, angin,
serta hujan selalu menghilangkan jejak namamu.
Hampir putus
asa diriku yang lemah ini menyimpan namamu yang rupawan.
Aku hampir
menyerah.
Dan untuk yang
terakhir, aku berfikir untuk menyayat hatiku ini hanya sekedar untuk menorehkan
namamu dihatiku.
Dengan jiwa
yang tersayup sayup aku menjaganya, menyimpannya, dengan berharap kita kan
selamanya, kita kan abadi.
Dan sampai saat
ini namamu masih nyaman didalam relung hatiku.
Akhirnya diriku
memahami bahwa tempatmu hanyalah dihatiku. Ya, tetap tinggalah ukiran, goresan
namamu dihatiku. Selamanya.